Nunukan Zoners, Kompas - Perekonomian di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, yang berbatasan dengan Malaysia, sangat bergantung pada negeri jiran itu. Hampir semua arus perdagangan dari pulau terluar Indonesia itu diarahkan ke Tawau, Sabah, Malaysia. Produk-produk asal Malaysia mendominasi pasar di Sebatik. Hampir semua kebutuhan pokok, seperti gula, tepung terigu, minyak goreng, bumbu dapur, dan barang-barang kelontong perlengkapan hidup sehari-hari, dipasok dari Tawau. Sebaliknya, hampir semua komoditas yang dihasilkan oleh Pulau Sebatik dipasarkan ke Tawau. Komoditas itu antara lain kelapa sawit, kakao, dan hasil perikanan. Tona, nelayan Desa Tanjung Karang, Kecamatan Sebatik, menuturkan, produk perikanan dari Sebatik hampir semuanya dijual ke Tawau. Menurut Tona, hal itu terjadi karena tak ada sarana untuk memasarkan komoditas yang dihasilkan oleh masyarakat Sebatik ke wilayah lain. Selain itu, harga barang yang dibeli dari Tawau relatif lebih murah dibandingkan dengan harga barang yang berasal dari wilayah Indonesia. Bupati Nunukan Abdul Hafid Achmad di Kecamatan Sebatik, Jumat (13/6), mengemukakan, ketergantungan ekonomi masyarakat pada Malaysia karena hingga saat ini Sebatik belum tersentuh pembangunan. Ini bisa dilihat antara lain dari minimnya pasokan bahan pokok ke Sebatik dari Nunukan, yang merupakan wilayah Indonesia yang terdekat dari Sebatik. Selain itu, infrastruktur di pulau terluar wilayah Indonesia itu masih sangat terbatas, terutama ketersediaan listrik dan prasarana jalan. Situasi itu membuat industri pengolahan tidak dapat dibangun di Sebatik sehingga semua komoditas yang dihasilkan Sebatik dikirim ke Malaysia untuk diolah di sana. ”Selama belum tersedia sarana yang memadai, perekonomian masyarakat di Sebatik akan selalu bergantung pada negara tetangga,” kata Abdul Hafid.
Direktur Jenderal Kelautan, Perikanan, dan Pulau-pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan Syamsul Maarif dalam kunjungan ke Sebatik menyatakan bahwa ketergantungan ekonomi masyarakat Sebatik ke Tawau sangat merugikan Indonesia. Selain kehilangan potensi ekonomi, ketergantungan itu juga membuat jalur perbatasan rawan kejahatan antarnegara, seperti perdagangan perempuan dan pencurian ikan. Oleh karena itu, lanjut Syamsul, diperlukan kerja sama yang serius lintas departemen untuk mengatasi ketimpangan ekonomi dan mendorong pembangunan di Sebatik dan pulau-pulau terluar lainnya.Syamsul menyatakan, Departemen Kelautan dan Perikanan berencana memprioritaskan perhatian pada 92 pulau terluar.
Jalur TKI
Akses yang mudah ke Tawau menjadikan Pulau Sebatik menjadi daerah perlintasan bagi tenaga kerja Indonesia (TKI). Setiap hari sekitar 100 orang TKI melintasi jalur Sebatik-Tawau atau sebaliknya. Sebagian besar TKI tersebut berasal dari Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Pesona kemakmuran di negeri tetangga, yang setiap hari dilihat, membuat warga negara Indonesia yang tinggal di wilayah perbatasan harus menyeberang ke negeri tetangga untuk mengadu nasib. (lkt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari Bersama Membangun Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur