Mimpi masa kini adalah kenyataan hari esok.
Anda bisa, jika Anda berpikir bisa, selama akal mengatakan bisa. Batasan apakah sesuatu masuk akal atau tidak, kita lihat saja orang lain, jika orang lain telah melakukannya atau telah mencapai impiannya, maka impian tersebut adalah masuk akal.
Menuliskan tujuan akan sangat membantu dalam menjaga alasan melakukan sesuatu.
Nunukan Zoners dan Kompas : Sungai adalah sejarah Kalimantan yang ditinggalkan. Dan jalan darat menjadi tumpuan untuk masa depan. Menyusuri jarak 3.195 kilometer, perjalanan ini adalah untuk melongok masa depan itu. Masa depan yang awalnya dirajut oleh perusahaan kayu dengan menghancurkan hutan hujan tropis ini menyisakan jejak jalan yang mengular. Itulah jalan trans-Kalimantan. Dari Kampung Sungai Ular, titik darat terujung di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, yang berbatasan dengan Negara Bagian Sabah, Malaysia, perjalanan menjelajahi trans-Kalimantan poros selatan dimulai,
Kamis (5/2). Di beranda negeri itu, kami bertemu keluarga Solle (35) di rumahnya yang dikepung kebun sawit milik pengusaha Malaysia, perkebunan yang disemai di lahan bekas hutan yang dibabat lima tahun lalu. Di depan rumah itu terpancang dua pengumuman, papan kecil menyebutkan tanah itu milik Solle, sedangkan yang lebih besar menyebutkan tanah itu milik perusahaan sawit.
”Tiga hari lalu bayi saya lahir. Saya sendirian membantu kelahiran. Tak ada bidan di sini,” kata Solle yang memotong sendiri tali plasenta bayinya. Kota terdekat adalah Nunukan yang harus ditempuh dengan perahu selama lebih dari satu jam dan berbiaya sewa Rp 1 juta. Atau, tujuh jam bermobil menuju Kota Malinau melalui jalan hancur yang hanya bisa ditempuh oleh mobil gardan ganda. Keterisolasian identik dengan desa-desa yang berdekatan dengan Sungai Ular, seperti Kanduangan dan Simanggaris. Sulitnya akses membuat mahal harga barang. Warga bergantung pada pasokan barang dari Sabah yang jaraknya lebih dekat. Melewati jalan mirip kubangan kerbau, kami tiba di ibu kota Kabupaten Malinau. Kemegahan kantor bupati dan gedung DPRD kontras dengan rumah-rumah warga yang lapuk. Gedung pemerintahan yang megah, seperti di Malinau, merupakan pemandangan yang selalu dijumpai di sepanjang jalan hingga ke Kalimantan Barat. Kami melintasi jalan baru itu. Lapang dan mulus, berujung persis di depan Kantor Bupati Malinau. Selebihnya, perjalanan menuju Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, harus melalui jalan tanah yang hancur. Pada sebuah bukit, malam terang bulan. Saiful (29), sopir truk pengangkut bibit karet dari Banjarmasin, bergelut dengan lumpur yang menjebak roda truknya. Seminggu di jalan telah mematikan separuh bibit karet yang dibawanya, menguras tenaga dan uangnya. Jalan itu menjadi kuburan bagi truk-truk. Itulah akar masalah dari mandeknya ekonomi rakyat di pedalaman, melambungnya harga kebutuhan bahan pokok, dan membuat warga tak bisa menjual hasil bumi. Di jalan berlumpur itu, kami berpapasan dengan konvoi truk tangki minyak sawit mentah (CPO). Badan truk itu juga memenuhi jalan yang lebarnya hanya 4,5 meter. Konvoi dikawal alat berat milik perusahaan sawit untuk mengeluarkan salah satu truk tangki yang terjebak di lumpur. Dua personel tentara mengawal konvoi itu, meminta kendaraan lain menepi. ”Alat-alat berat dan tentara itu hanya peduli pada kelancaran lalu lintas truk tangki CPO,” kata Khaeruddin, pengendara kendaraan pribadi yang sudah semalaman terjebak di jalan, sekitar 47 km dari Tanjung Redeb. ”Sepekan ini sedikitnya 370 kendaraan juga tertahan di sini karena terhalang truk sawit yang terperosok. Ada yang telah tertahan seminggu,” katanya. Memasuki Bontang menjelang dini hari. Kota yang dibangun tambang gas itu menyala terang. Namun, nyala cahaya hanya seputaran kota. Begitu ke pinggir kota, rumah-rumah warga kembali dibekap gelap. Kota-kota di Kalimantan defisit listrik. Kegelapan meraja hingga kami tiba di Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur. Kami memasuki Kalimantan Selatan dari arah Batulicin saat senja. Pekerja proyek perbaikan jalan berpacu dengan truk-truk pengangkut batu bara dan truk raksasa pengangkut alat berat perusahaan tambang.Dari kayu ke sawit
Siang itu terik, Nanyang (45) berjalan di tepi jalan sambil menutup mulut dan hidungnya dengan kedua tangan dari debu yang beterbangan ketika mobil melintas jalan trans-Kalimantan di Kabupaten Lamandau, Kalteng. Dia berjalan pulang dari ladang. Tangkin—tas khas Dayak yang diikatkan pada kepala—dipenuhi sayuran dan umbi talas. Sepanjang hidup, Nanyang tak pernah naik mobil. Dia adalah petani yang bepergian dengan jalan kaki atau naik perahu ke kampung-kampung tetangga. Jalan darat itu bukan milik dia. Begitu sejak dulu. Berpuluh tahun dia menjadi saksi alat-alat berat dan truk yang lewat di depan rumahnya menuju hutan adat yang sudah diserahkan negara kepada pengusaha kayu. Truk-truk itu membawa pergi kayu-kayu melalui jalan itu, meninggalkan semak dan ladang kosong menghampar. Meninggalkan sungai yang kini mengering dan keruh. Sungai yang ditinggalkan adalah sejarah yang dicampakkan. Jalan darat bagi masyarakat Kalimantan pada masa lalu hanyalah batang kayu bertumbangan. Jalan darat yang dapat dilalui mobil baru dibangun di Kalimantan oleh perusahaan kayu pemegang izin hak pengusahaan hutan (HPH) pada dekade 1970-an. Izin HPH pertama diperoleh perusahaan Amerika, Weyerhaeuser dan Georgia-Pacific, yang lantas berkolaborasi dengan pengusaha nasional yang ditunjuk rezim Orde Baru. Lahirlah raja-raja kayu yang mengukir jejak jalan kayu (log) di bumi Kalimantan. Sedikitnya 75 persen bekas jalan jalan kayu itu kini menjadi jalan trans-Kalimantan poros selatan yang memanjang dari Sungai Ular, Nunukan, hingga Aruk, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, yang kami capai pada Rabu (18/2). (FUL/CAS/BRO/WHY)
Baca Lebih Lengkap Artikelnya....
Nunukan Zoners Jakarta— Banyaknya partai peserta pemilu dan melimpahnya jumlah caleg yang berlaga dipastikan akan membingungkan masyarakat pemilih. Sejumlah pengamat meragukan, para pemilih akan mengenal caleg, apalagi sampai mengetahui kualitasnya. Hati-hati memilih caleg, jangan sampai beli kucing dalam karung! Sekjen Forum Masyarakat Pemantau Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang mengatakan, masyarakat harus proaktif mengenali calegnya. "Sekarang ini ada keprihatinan terhadap kualitas caleg. Banyaknya caleg, membuat masyarakat gamang menentukan pilihan. Masyarakat bisa proaktif, membuat komunitas pemilih di level kecil," ujar Sebastian,
Sabtu (28/2) di Jakarta. Dengan komunitas kecil tersebut, masyarakat bisa membuat kriteria caleg yang akan dipilih sehingga bisa melakukan seleksi terhadap calon yang ada pada hari pemungutan suara. "Pilihan harus dibuat pertimbangan jauh-jauh hari.
Kalau baru menentukan pilihan pada hari pemungutan, saya yakin tidak akan mendapatkan calon yang berkualitas. Setelah itu, buat kontrak politik dengan caleg," ujarnya. Sebastian juga prihatin dengan banyaknya caleg yang masih 'hijau' di dunia politik, dipaksakan maju demi memenuhi kuota pencalonan. Akibatnya, kata dia, proses seleksi caleg ibarat membeli cabai di pasar. "Jadi caleg itu sama saja dengan tawar-menawar cabai di pasar. Pas tawarannya, bungkus. Ketemu orang, ditawarin. Ini persoalannya," kata Sebastian.
Baca Lebih Lengkap Artikelnya....
Kumpulkan Kepala Daerah,
TNI Bahas Isu Binter di Bali Nunukan Zoners Denpasar - TNI akan menggelar seminar nasional tentang pembinaan teritorial (Binter) untuk mencari konsep dan gagasan baru terkait hal tersebut. TNI juga akan mempertegas sikap netralitasnya dalam pemilu 2009 kepada rakyat. Seminar ini bakal dihadiri seluruh kepala daerah mulai dari gubernur hingga bupati/walikota di seluruh tanah air yang diundang Mabes TNI di Universitas Udayana, Denpasar, pada 26 Februari 2009. Seminar itu bertema '
Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Melalui Pembinaan Teritorial Bersama Seluruh Komponen Bangsa dalam Rangka Mendukung Kepentingan Nasional'. Hal ini disampaikan Panglima Kodam IX/Udayana Mayjen Hotmangaradja Pandjaitan dalam jumpa pers di Makodam, Jl Udayana, Denpasar,
Selasa (24/2/2009). TNI juga menyatakan siap menerima usulan, dan konsep baru perihal pemninaan teritorial. "Pada masa lalu konsep binter digunakan untuk kepentingan pemerintah," katanya. Ia menegaskan bahwa TNI akan bersikap netral pada pemilu 2009. "Kita juga akan mempertegas komitmen netralitas TNI tidak terlibat politik praktis," kata Pangdam. Pangdam juga menegaskan, bila kegiatan mengundang seluruh kepala daerah itu terkait penyelenggaraan Pemilu 2009. Pasalnya, seminar ini sudah dijadwalkan beberapa bulan sebelumnya oleh Mabes TNI.
Mabes TNI menggandeng Universitas Udayana, hal ini terlihat dari penggunaan Kampus Unud di Jimbaran, Badung, sebagai tempat penyelenggaraan seminar itu. Rektor Unud Prof Dr I Made Bakta menyatakan akademisi punya kewajiban moral dalam konsep pembinaan teritorial untuk membantu membangun pertahanan nasional, terutama menyangkut pemberdayaan masyarakat madani. Kepala Staf TNI AD Jenderal Agustadi Sasongko akan menjadi pembicara kunci dalam seminar itu serta dari kalangan akademisi. (gds/ndr)
Baca Lebih Lengkap Artikelnya....
Pemain Illegal di Perbatasan Dilibas
Sabtu, 11 Oktober 2008 10:02
Pasukan pengaman perbatasan (Pamtas) berkolaborasi dengan Kesatuan Operasi Daerah Militer (Kodim) 0911 Nunukan, gencarkan operasi penertiban oknum Warga Negara Indonesia (WNI) melakukan pelanggaran lintas batas. Daerah perbatasan Nunukan (Indonesia) – Tawau (Malaysia) tak bisa dipungkiri menjadi ladang ekonomi menguntungkan untuk perdagangan barang maupun manusia secara illegal. Tidak sedikit pelaku penyelundupan yang tiap hari mengeruk keuntungan dengan cara memperdayai situasi di garis batas negara tersebut. Nah, setelah beberapa dekade berselang kehadiran Pamtas di Nunukan tidak terdengar, kali ini benar-benar merupakan terobosan baru dan mengejutkan. Apalagi memang masih banyak pemain illegal yang berkeliaran di kawasan itu.
Penangkapan oleh Pamtas sekaligus membuktikan bahwa tudingan adanya permainan antara oknum TNI dengan pemain illegal perbatasan adalah tidak benar. Dari catatan BONGKAR!, baru dua kesatuan Pamtas dan Dandim yang kompak menerapkan ketegasan terhadap sejumlah oknum pemain illegal di wilayah perbatasan RI-Malaysia, distrik Nunukan. Yaitu, Pamtas TNI asal Kalsel yang di pimpin Letkol Infantri Teguh bersama Dandim 0911 yang dipimpin Letkol Infanti Budi Lukito serta Pamtas dan Dandim yang sekarang sedang bartugas, masing-masing dipimpin Letkol Infatri J Robert Giri dan Letkol Infantri Basri. Era pimpinan Teguh dan Budi Lukito, sejumlah kasus penangkapan illegal logging berhasil ditangani, sedangkan dua pimpinan TNI sekarang lebih agresif lagi sebab belum genap berusia enam bulan menduduki jabatan di perbatasan RI-Malaysia tercatat sudah empat kali penangkapan dan pemeriksaan kapal yang bermuatan barang-barang illegal milik pengusaha Nunukan dari dan tujuan Tawau, Malaysia bahagian Sabah. Tangkapan terakhir adalah penyelundupan BBM asal Serudong, Malaysia, melalaui darat di wilayah Desa Kanduangan, Nunukan Barat. Dalam operasi tersebut, Pamtas berhasil mengamankan barang bukti berupa minyak solar sebanyak 10 ton lebih atau sekitar 21 drum dan satu tangki penimbunan berkapasitas 6 ton berhasil diamankan TNI. “Kami berharap polisi bisa mengembangkan penyelidikan terhadap pelaku lainnya yang belum tertangkap,” ujar Danpamtas, Robert Giri. Dandim 0911 Nunukan Letkol Infantri Basri, mengungkapkan sudah saatnya seluruh aparat termasuk TNI menegakkan aturan yang benar di wilayah perbatasan RI-Malaysia tersebut tanpa pandang bulu. Pasalanya, menurut Parajurit kelahiran Makassar yang sukses bertugas di perbatasan RI-Malaysia, Sambas Kalbar ini mengaku sudah menerima laporan bahwa praktek penyelundupan barang-barang illegal di Nunukan termasuk daerah paling rawan diantara beberapa garis perbatasan lainnya. Dia juga mengungkapkan kondisi itu tercipta sebab tidak tegasnya aturan di laksanakan dan terdapat oknum aparat dan pemerintah bekerja sama dengan para pemain illegal di daerah itu. Ungkapan itu bukan tanpa alasan, sebab menurut Basri, paska penangkapan sejumlah kapal bermuatan barang-barang illegal, terdapat oknum pejabat Pemkab dan DPRD serta pemilik kapal yang mencoba membujuk atur damai dengan iming-imingan konpensasi uang kepada anggota TNI. “Tetapi saya tegaskan bawah jika ingin tidur nyenyak dalam berbisnis ikuti aturan yang berlaku dan jangan terbiasa melakukan pendekatan negatif ke aparat,” terang Basri. Dia juga mengindikasikan jika sejumlah lembaga dan oknum aparat lain terkait yang bertugas di Nunukan selama ini melakuan permainan dengan para pemain illegal. Sehingga penyelundupan barang dan jasa di wilayah perbatasan itu bisa bertahan dan tumbuh subur selama ini. Pengalaman dalam menindak para pelaku illegal, menurut Basri, para pelaku juga kerap menjual nama bupati dalam untuk meloloskan barang illegal. Salah satu contoh yang disebutkan Basri adalah tangkapan kapal yang memuat ratusan sak gula illegal milik HG. “Beberapa kali menemui kami agar barangnya dilepas dengan alasan sudah minta izin ke Bupati Nunukan. Saya bilang saya tidak perduli siapapun orang yang melanggar, kami tindak sesuai prosedur hukum,” terang Basri. Karena tindakan tegas Pamtas dan Kodim tersebut, tak ayal para pemain illegal menjadi ciut dan tak bisa berkutik. Berbagai isu untuk mempengaruhi psikologis masyarakat agar mendapat dukungan pun dilancarkan, salah satu isu yang dibangun para pemain illegal adalah mengkampanyekan kelangkaan barang sembako karena TNI gencar menangkap kapal barang pedangang. “Tapi itu isu yang dibuat-buat sebab keadaan sembako selama penangkapan tetap stabil,” tabah Basri. Barang-barang selundupan itu diperangi aparat TNI di lapangan, sebab selain merusak harga barang Sembako lokal, para pedagang ini juga tidak membayar pajak resmi kepada daerah, sehingga menurut TNI tindakan tersebut telah melanggar hukum dan sebagai pasukan penjaga perbatasan operasi penangkapan yang dilakukan masuk dalam aturan 14 kewenangan TNI, sesuai UU TNI tahun 2004 tentang penahanan di jalur perbatasan, diantaranya adalah mencegah dan menertibkan perdagangan lintas batas yang tidak resmi alias merugikan negara dan masyarakat. *sakir
Baca Lebih Lengkap Artikelnya....
LETKOL INF DRS. BASRI MENJADI DANDIM 0911/NNK
Oleh :
Genaria Pandjaitan
03-Jul-2008, 05:51:04WIBNunukan Zoners : Bukan waktu yang pendek menjadi Komandan Kodim 0911/NNK selama 3 tahun. Itulah yang dirasakan Letkol Inf Taufik Budilukito, selama menjabat sebagai komandan sejak Kodim berdiri di Nunukan. Dalam pisah sambut Dandim 0911/NNK,
Selasa (1/7) malam, ia didampingi istrinya Lely Taufik naik ke atas panggung menyampaikan pesan dan kesannya selama menjadi Dandim Nunukan. “Di samping tugas-tugas selaku pembina komandan kewilayahan, kami juga mendapat tugas tambahan, yakni pengamanan perbatasan”, kata Dandim. Pengamanan perbatasan tersebut dilakukan dengan peninjauan ke daerah perbatasan. Baik melalui laut dan udara menggunakan heli. “Pernah suatu saat bulan puasa hari pertama, saya diperintahkan untuk meninjau perbatasan bersama Danyon. Selama 3 hari berturut-turut naik heli, lama kelamaan jadi takut. Mungkin kalau saya tidak jadi Dandim di Nunukan, saya tidak pernah naik heli”, selorohnya. Pagi kemarin berangkat ke Jakarta dan bertugas di Mabes TNI Jakarta
Sementara itu, Letkol Inf Drs. Basri yang menggantikan Taufik menjabat Dandim di Nunukan, menceritakan perjalanan tugasnya selama menjadi TNI AD. “Sebelum disini, saya lumayan lama keliling Kalimantan. Tahun 2004 saya bertugas di Balikpapan selama 2,5 tahun dan dilanjutkan menjadi Danyon yang harus menjaga perbatasan Kalimantan Barat sejauh 987 kilometer”, ungkap Letkol Inf Drs. Basri. Alumni Akmil 1989 ini juga mengaku tidak betah berada di belakang meja. “Selama jadi Danyon, saya duduk di meja kalau tanda tangan saja. Selebihnya tinjau perbatasan”, katanya yang sering diprotes dua putrinya, gara-gara 6 kali pindah tugas. Acara ini dihadiri oleh Wabup Kasmir Foret, Sekkab Zainuddin HZ, Ketua DPRD Ngatidjan Achmadi, pimpinan unsur Muspida dan vertikal, anggota TNI AD, serta pensiunan TNI AD Nunukan. (Pendam 6/Dispenad/Gnr)
Baca Lebih Lengkap Artikelnya....
Ditulis Oleh
Penerangan Kodam VI/Tanjungpura Selasa, 18 November 2008
Nunukan Zoners (18/11), Komandan Kodim (Dandim) 0911/Nnk Letnan Kolonel Inf Drs. Basri membuka kegiatan Bhakti TNI terpadu yang berlangsung di Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Barat, Kabupaten Nunukan, Kaltim, Senin (17/11). Kegiatan Bhakti TNI terpadu yang dilaksanakan oleh anggota Kodim 0911/Nunukan tersebut akan berlangsung selama satu bulan hingga tanggal 16 Desember mendatang. Dalam sambutan, Dandim 0911/NNK Letkol Inf Drs Basri mengungkapkan, kegiatan ini lebih bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membantu meringankan beban masyarakat Sebatik khususnya yang berada di perbatasan. Dandim juga mengatakan, sebagai bagian dari komponen bangsa, TNI menyadari kondisi kemampuan anggaran pemerintah untuk membangun daerah secara merata dan menyeluruh. Sehingga perlu dicarikan solusi untuk mengatasinya. “Salah satunya yang dinilai masih efektif dan efisien, melalui program Bhakti TNI Terpadu ini,” ujarnya. Kegiatannya Bhakti TNI ini Untuk Mendukung program pemerintah daerah guna mempercepat akselerasi pembangunan sarana dan prasarana, Selain melaksanakan kegiatan Bhakti TNI dalam bentuk fisik serta non fisik, Kodim Nunukan juga menyerahkan bantuan berupa, 3 unit mesin genset berkapasitas 50 KVA.
Kegiatan Bhakti TNI fisik oleh anggota Kodim 0911/Nunukan Yakni pembuatan badan jalan 6 x 1000 meter, pembuatan 3 jembatan berkonstruksi kayu berukuran 4 x 6 meter, pembangunan 3 unit rumah genset berukuran 2 x 3 meter dan pemasangan instalasi listrik. Sedangkan program Bhakti TNI nonfisik, dititikberatkan pada penyuluhan bela negara dan wawasan kebangsaan, penyuluhan kenakalan remaja, narkoba dan kamtibmas, Kedepannya, Kodim 0911/NNK berencana akan bekerja sama dengan Polres Nunukan, muspika setempat dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Nunukan dalam pembinaan kepramukaan, penyuluhan pertanian dan pemutaran film perjuangan untuk masyarakat Aji Kuning, serta pengobatan gratis yang ditempatkan di posko Kodim di Aji Kuning. (Penerangan Kodam VI/Tpr)
Baca Lebih Lengkap Artikelnya....
Sejarah Terbentuknya Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur
Kabupaten Nunukan adalah salah satu
Kabupaten di
provinsi Kalimantan Timur,
Indonesia.
Ibu kota kabupaten ini terletak di
kota Nunukan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 14.493 km² dan berpenduduk sebanyak 109.527 jiwa (
2004). Motto Kabupaten Nunukan adalah "Penekindidebaya" yang artinya "Membangun Daerah" yang berasal dari bahasa
suku Tidung.
Nunukan juga adalah nama sebuah
kecamatan di
Kabupaten Nunukan,
Provinsi Kalimantan Timur,
Indonesia.
Kabupaten Nunukan merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Bulungan, yang terbentuk berdasarkan pertimbangan luas wilyah, peningkatan pembangunan, dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Pemekaran Kabupaten bulungan ini di pelopori oleh RA Besing yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati Bulungan.
Pada tahun 1999, pemerintah pusat memberlakukan otonomi daerah dengan didasari Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Nah, dgn dasar inilah dilakukan pemekaran pada Kabupaten Bulungan menjadi 2 kabupaten baru lainnya yaitu Kabupaten Nunukan dan kabupaten Malinau.
Pemekaran Kabupaten ini secara hukum diatur dalam UU Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, dan Kota Bontang pada tanggal 4 Oktober 1999. Dan dengan dasar UU Nomor 47 tahun 1999 tersebut Nunukan Resmi menjadi Kabupaten dengan dibantu 5 wilayah administratif yakni Kecamatan Lumbis, Sembakung, Nunukan, Sebatik dan Krayan.
Nunukan terletak pada 3° 30` 00" sampai 4° 24` 55" Lintang Utara dan 115° 22` 30" sampai 118° 44` 54" Bujur Timur.
Adapun batas Kabupaten Nunukan adalah:
- Utara; dengan negara Malaysia Timur, Sabah.
- Timur; dengan Laut Sulawesi.
- Selatan; dengan Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau.
- Barat; dengan Negara Malaysia Timur, Serawak
Kata Mutiara Hari Ini
Hidup bukan hidup, mati bukan juga mati, hidup adalah mati, mati adalah hidup, hidup bukan sekedar kematian, hidup adalah sensasi dari kematian, mati bukan sekedar kematian, mati adalah sensasi dari kehidupan, kematian dan kehidupan hanyalah sebuah sensasi dalam suasana ketidaknyataan....